ads
Unknown Auditing II Sabtu, 09 November 2013 Ciri Internal Control ( Pengendalian Internal ) yang baik atas kas dan setara kas : Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang... 5

Auditing II

Ciri Internal Control ( Pengendalian Internal ) yang baik atas kas dan setara kas :
  1. Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan yang mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otoritas atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank
  2. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah oleh kepala bagian akuntansi
  3. Digunakannya impress fund system untuk mengelola kas kecil
  4. Penerimaan kas, cek & giro harus di setor ke bank dalam jumlah seutuhnya
  5. Uang kas disimpan di tempat yang aman misalnya di brankas.
  6. Uang kas harus dikelola dengan baik yaitu jangan terjadi kas yang menganggur.
  7. Giro harus ditempatkan pada tempat yang aman supaya tidak disalahgunakan.
  8. Giro sebaiknya ditandatangani oleh minimal oleh 2 orang supaya ada kontrol dan tidak disalahgunakan.
  9. Kuitansi bernomor urut.
  10. Bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar distempel lunas supaya tidak terjadi double pembayaran.

Tujuan pemeriksaan piutang Untuk memeriksa validity dan authenticity dari piutang.
Validity (keabsahan piutang) maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang mempunyai utang.
Authenticity (keotentikan piutang) maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan dan faktur penjualan.



AUDIT PROGRAM CASH OPNAME

A. Tujuan:

  1. Untuk memastikan bahwa saldo fisik uang kas besar dan kas kecil telah sesuai dengan pencatatan dan tidak ada selisih. 
  2. Untuk memastikan bahwa uang hasil penagihan (kas besar) telah disetorkan seluruhnya ke bank setiap hari (H+1). 
  3. Untuk memastikan bahwa setiap pengeluaran kas kecil telah dilampiri dengan bukti-bukti, bill/nota pembelian. 
  4. Untuk memastikan setiap bon sementara telah diapproval oleh pejabat yang berkompeten, dan diselesaikan tidak lebih dari 3 hari. 
  5. Untuk memastikan bahwa fisik uang kas besar dan kas kecil telah disimpan di dalam brankas, lengkap dengan kunci dan nomor kombinasi yang berfungsi dengan baik. 
B. Dokumen
  1. Laporan Harian Kas Kecil 
  2. Laporan Harian Kas Besar 
  3. Bukti Penerimaan Kas 
  4. Bukti Pengeluaran Kas 
  5. Bon Sementara 
C. Prosedur Pemeriksaan
  1. Print Laporan Harian Kas Besar dan Laporan Harian Kas Kecil dari system yang dipergunakan. 
  2. Hitung fisik uang kas kecil dan kas besar 
  3. Bandingkan mutasi transaksi kas versi system dengan Bukti Penerimaan Kas/Bukti Pengeluaran Kas berikut dengan bukti-buktinya. 
  4. Periksa apakah pengeluaran kas dan bon sementara nilainya sudah wajar. 
  5. Periksa apakah ada bon sementara yang umurnya lebih dari 3 hari. 
  6. Jika uang kas besar sudah disetorkan seluruhnya ke bank, periksa kesesuaiannya dengan bukti setoran bank dan rekening koran harian. Apakah penyetoran ke bank sudah dilakukan setiap hari (H+1). 
  7. Periksa penyimpanan kas kecil dan kas besar, apakah fisiknya sudah dipisahkan. 
  8. Periksa kondisi brankas apakah kondisinya baik. Pastikan bahwa kunci dan nomor kombinasi berfungsi dengan baik. 
D. Simpulan
  1. Apakah fisik uang kas besar dan kas kecil sudah sesuai dengan pencatatan pada Laporan Harian Kas Besar dan Laporan Harian Kas Kecil? 
  2. Apakah setiap pengeluaran kas sudah dilengkapi dengan bukti-bukti yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan kewajarannya. 
  3. Apakah jangka waktu bon sementara sudah wajar (tidak lebih dari 3 hari)? 
  4. Apakah penyimpanan fisik dan pencatatan kas besar dan kas kecil sudah dipisahkan? 
  5. Apakah bon sementara telah diapproval oleh pejabat yang berkompeten dan dicatat pada monitor bon sementara? 
  6. Apakah penyimpanan fisik uang kas besar dan kas kecil telah dimasukkan ke dalam brankas yang berfungsi dengan baik (kunci dan nomor kombinasinya)?

JENIS-JENIS RESIKO AUDIT

A.                 Risiko Deteksi Terencana

Risiko deteksi terencana (planned detection risk) merupakan ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi, andaikan salah saji semacam itu ada. Terdapat dua poin utama tentang risiko deteksi terencana ini yaitu sebagai berikut :
1.      Risiko  ini tergantung pada ketiga faktor lainnya yang terdapat dalam model. Risiko deteksi terencana hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari ketiga faktor lainnya tersebut.
2.      Risiko ini menentukan nilai substantif yang direncanakan oleh auditor untuk dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran risiko deteksi terencana itu sendiri.
Jika nilai risiko deteksi terencana  berkurang, maka auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti audit untuk mencapai nilai risiko deteksi yang berkurang ini.

B.                  Risko inheren

Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada. Dengan mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.  Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern, menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat risiko inherennya tinggi.  pengendalian intern diabaikan dalam menetapkan dalam menetapkan nilai risiko inheren karena pengendalian intern ini dipertimbangkan secara terpisah dalam model risiko audit sebagai risiko pengendalian. Penilaian ini cenderung didasarkan atas sejumlah diskusi yang telah dilakukan dengan pihak manajemen, pemahaman yang dimiliki akan perusahaan, serta hasil-hasil yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya.
Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang searah  dengan bukti audit.
Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk suatu tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu, merupakan hal yang umum dilakukan pula untuk menugaskan staf yang telah memiliki lebih banyak pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut serta melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang telah selesai dibuat. Sebagai contoh : jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt tinggi, maka sangatlah masuk akal  bila kantor akuntan publik memilih staf yang berpengalaman untuk melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam atas keusangan persediaan ini dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil-hasil yang diperoleh dari audit ini.

C.                  Resiko pengendalian

Resiko pengendalian (control risk) merupakan ukuran yang digunakan oleh auditor untuk menilai adanya kemungkina bahwa terdapat sejumlah salah saji material yang melebihi nilai salah saji yang masi dapat ditoleransi atas segmen tertentu akan tidak terhadang atau tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimiliki klien. Resiko pengendalian ini memperhatikan 2 hal berikut:
1.      penilaian tentang apakah pengendalian intern yang dimiliki klien efektif untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji.
2.      kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di bawah nilai maksimum (100 persen) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya.
Model resiko audit menunjukan hubungan yang erat antara resiko inheren dan resiko pengendalian.
Sama dengan yang terjadi pada resiko inheren, hubungan antara resiko pengendalian dan resiko deteksi terencana adalah saling berlawanan, sementara hubungan antara resiko pengendalian dan bukti substantif merupakan hubungan yang searah. Sebagai contoh, jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern bersifat efektif, maka nilai resiko deteksi terencana dapat meningkat sehingga jumlah bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan akan turun. Auditor dapat meningkatkan resiko deteksi terencana pada saat pengendalian intern bersifat efektif karena pengendalian intern yang efektif akan mengurangi kemungkinan hadirnya salah saji dalam laporan keuangan.
Sebelum auditor  dapat menetapkan nilai resiko pengendalian kurang dari 100 persen, auditor harus memahami pengendalian intern yang ada, dan berdasarkan pemahaman itu, auditor melakukan evaluasi tentang bagaimana seharusnya fungsi pengendalian intern tersebut, serta melakukan uji atas efektifitas pengendalian intern tersebut. Hal pertama dari semua ini adalah keharusan untuk memahami semua jenis audit. Dua hal terakhir adalah langkah-langkah penilaian resiko pengendalian yang diperlukan jika auditor memilih untuk memberikan nilai atas resiko pengendalian supaya berada di bawah nilai maksimum.

D.                 Resiko akseptibilitas audit

Resiko akseptibilitas audit (acceptable audit risk) merupakan ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah, hal tersbut berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan suatu tingkat resiko sebesar 100 persen berarti benar-benar tidak yakin.
Dalam audit terdapat istilah audit assurance atau tingkat keyakinan, yaitu merupakan pelengkap dari resiko akseptibilitas audit. Audit assurance dihitung dengan perhitungan satu dikurangi resiko akseptibilitas audit. Sebagai contoh, tingkat resiko akseptibilitas audit sebesar 2 persen sama dengan tingkat audit assurance sebesar 98 persen.
Dengan mempergunakan model audit, akan terlihat adanya hubungan yang searah antara resiko akseptibilitas audit dan resiko deteksi terencana, serta hubungan yang saling berlawanan antara resiko akseptibilitas audit dan bukti audit yang direncanakan. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan akan mengurangi nilai resiko akseptibilitas audit, maka akan mengurangi pula resiko deteksi terencana serta bukti audit yang direncanakan akan dikumpulkan harus ditingkatkan. Auditor pun seringkali harus menugaskan staf yang lebih berpengalaman atau mereview kertas kerja dengan lebih cermat bagi klien dengan tingkat resiko akseptibilitas audit yang lebih rendah


4.2        Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang lingkup (Scope) Pemeriksaan

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan public, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi ataspengendalian intern perusahaan auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test. Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit.


Related Posts On

1 komentar:


Copyright © MATERI KULIAH

Sponsored By: Free For Download Template By: Fast Loading Seo Friendly Blogger Template