ads
Unknown Akun Keu. Lanjutan Jumat, 09 November 2012 BAB  I HUBUNGAN ANTARA KANTOR PUSAT DAN CABANG-PROSEDUR UMUM 1.1   Akuntansi Untuk Cabang Pembentukan unit penjualan yang dapat ... 5

Akun Keu. Lanjutan


BAB  I
HUBUNGAN ANTARA KANTOR PUSAT DAN CABANG-PROSEDUR UMUM


1.1  Akuntansi Untuk Cabang
Pembentukan unit penjualan yang dapat menyalurkan dapat mengambil bentuk sebagai agen penjual atau pun sebagai cabang. Organisasi penjualan yang hanya mengambil pesanan untuk barang serta jasa dan beroperasi di bawah pengawasan langsung pejabat dari kantor pusat disebut agen penjual.
Meskipun suatu cabang beroperasSedangkan organisasi penjual, yang menjual barang dari persedian sendiri dan bekerja sebagai kesatuan usaha yang bebas (independen) disebut cabang.i sebagai unit tersendiri, namun masih berada di bawah pengendalian kantor pusat.
Penyelenggaraan sistem akuntansi cabang yang dapat diambil:
1)      Penyelenggaraan catatan cabang di kantor pusat;
Transaski cabang dicatat dalam buku harian dan buku besar kantor pusat atau dalam seperangkat catatan yang terpisah. Data-data yang harus dicatat diberikan oleh cabang dalam bentuk dokumen asli yang membuktikan transaksi cabang atau dalam bentuk catatan memorandum yang mengikhtisarkan transaksi cabang, yang didukung dengan Voucher asli, Salinan voucher dan ikhtisar yang dikirimkan di kantor pusat.
2)      Penyelenggaraan catatan cabang baik di cabang maupun di kantor pusat;
Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli (books of original entry) untuk semua transaksi sebagai salinan. Salinan buku pencatatan asli ini dikirim ke kantor pusat, di mana data-data dibukukan pada perkiraan cabang yang diselenggarakan tersendiri atau dibukukan dalam buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode, kantor pusat menyesuaikan dan menutup perkiraan cabang dan menetapkan pendapatan cabang.
3)      Penyelenggaraan catatan cabang di cabang tersendiri.
Pada umumnya, sistem akuntansi cabang diselenggarakan di cabang itu sendiri. Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli dan membukukannya dalam catatan buku besar. Laporan keuangan disusun oleh cabang secara berkala dan dikirimkan ke kantor pusat.
Untuk mengilustrasikan akuntansi bagi operasi cabang, bahwa pada tanggal 1 Oktober PT  Sumatera membuka cabang yang harus menyelenggarakan buku tersendiri dan harus mengirimkan laporan keuangan ke kantor pusat. Barang dagangan harus difaktur dengan harga pokok. Inventaris cabang harus dimasukan dalam buku kantor pusat. Cabang harus dibebani bunga 6% atas investasi kantor pusat di cabang pada tiap awal bulan. Transasksi cabang no. 1 dan ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi dalam buku cabang dan kantor pusat diperlihatkan di bawah ini:


Transaksi Kantor Cabang
Buku Kantor Pusat
Buku Kantor Cabang
1 Oktober
(1)     Penerimaan uang kas dari kantor pusat.

Cabang No.1         6.000
Kas                            6.000

Kas                    6.000
Kantor Pusat          6.000
(2)     Penerimaan barang dagangan dari kantor pusat, yang difakturkan dengan harga pokok.
Cabang No. 1         12.000
Pengiriman barnag dagangan ke cabang                    12.000
Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat   12.000
Kantor Pusat               12.000
(3)     Pembelian inventaris oleh cabang per kas, yang harus dicatat dalam buku kantor pusat.
Inventaris Cabang No. 1  3.000
Cabang No.1                 3.000
Kantor Pusat             3.000
Kas                               3.000
2-31 Oktober
(4)     Penjualan dan Penagihan
(a)     Penjualan dengan kredit
(b)     Penagihan atas Piutang Usaha


Piutang Usaha      6.500
Penjualan                  6.500
Kas                        3.500
Piutang Usaha            3.500
(5)     Pembayaran beban

Gaji dan Komisi            400
Sewa                              200
Macam-Macam Beban  150
Kas                                 750
(6)     Pengiriman uang ke kantor pusat
Kas                         2.000
Cabang No. 1            2.000
Kantor Pusat       2.000
Kas                           2.000
(7)     Beban cabang yang dikirimkan oleh kantor pusat:
(a)     Asuransi aktiva cabang
(b)     Penyusutan inventaris
(c)     Pajak atas aktiva cabang
(d)     Bunga 6% untuk satu beban pada inventaris cabang sebesar $18.000 pada tanggal 1 Oktober
Cabang No.1             500
Asuransi dibayar di muka   35
Akumulasi penyusutan inventaris cabang no. 1       50
Utang Pajak                         25
Iklan                                  300
Pendapatan Bunga Cabang No. 1                                   90

Asuransi                        35 
Penyusutan Inventaris   50
Pajak                              25
Iklan                             300
Beban Bunga K. Pusat   90
Kantor Pusat                   500
(8)     Ayat-ayat jurnal penyesuaian cabang:
Persedian bar. dagangan 31/10      $8.400

HPP                              3.600
Persd. Brng Dagangan 8.400
Pengiriman barang dagangan dari k. pusat                   12.000
(9)     Ayat-ayat jurnal penutup









Cabang No.1           1.650
Laba-Rugi
Cab. No.1                     1.650
Laba dan Rugi
 Cab. No. 1              1.650
Ikhtisar Rugi Laba        1.650
Penjualan                      6.500
Ikht. Rugi laba               6.500
Ikhtisar Rugi laba         4.850
HPP                                3.600
Gaji dan komisi                 400
Sewa                                  200
Macam-macam beban       150
Asuransi                              35
Penyusutan Inventaris         50
Pajak                                    25
Iklan                                   300
Beban Bunga K. Pusat         90
Ikhtisar Rugi Laba   1.650
Kantor Pusat                   1.650

Penjelasan untuk transaksi yang digambarkan dengan angka adalah sebagai berikut:
(1)   Penyerahan Aktiva Bukan Barang Dagangan oleh Kantor Pusat ke Cabang
Buku Kantor Pusat. Apabila aktiva tersebut harus dicatat dalam buku cabang, maka kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan aktiva bersangkutan. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat dalam buku kantor pusat, maka dibuka sebuah perkiraan aktiva untuk cabang, seperti perkiraan Inventaris-Cabang; perkiraan ini didebet dan perkiraan aktiva yang bersangkutan dikredit.   
Buku Cabang. Jika penerimaan aktiva tersebut harus dicatat dalam buku cabang, maka cabang mendebet perkiraan aktiva dan mengkredit perkiraan kantor pusat. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat dalam buku kantor pusat, maka cabang tidak membuat ayat jurnal apapun. Akan tetapi, cabang harus menyelenggarakan catatan memorandum untuk aktiva ini.  
(2)   Penyerahan Barang Dagangan oleh Kantor Pusat ke Cabang
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang. Pada akhir periode, saldo perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang di kurangkan dari jumlah persediaan awal, pembelian, dan ongkos angkut masuk dalam menentukan barang dagangan yang tersedia untuk dijual oleh kantor pusat. Apabila kantor pusat menyelenggarakan system persediaan perpetual, maka perkiraan persediaan yang bersangkutan dikredit untuk barang yang dikirim ke cabang.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan Pengiriman Barang Dagangan dari Kantor Pusat dengan harga faktur dan mengkredit perkiraan kantor pusat. Pada akhir periode, barang dagangan yang diterima dari kantor pusat dan barang dagangan yang dibeli dari pihak luar ditambahkan pada persediaan awal, dalam menetapkan barang yang tersedia untuk dijual. Jika cabang menyelenggarakan system persedian perpetual, maka perkiraan persediaan yang bersangkutan dikredit sebesar barang yang diterima dari kantor pusat.
(3)   Pembelian Aktiva oleh Cabang yang Harus Dicantumkan dalam Buku Kantor Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan aktiva yang dimaksud dan mengkredit perkiraan cabang.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit kas atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan.
(4)   Transaksi sekarang yang menyangkut Cabang dan Pihak Luar
Buku Kantor Pusat. Tidak membutuhkan ayat –ayat jurnal dalam buku Kantor Pusat.
Buku Cabang. Dicatat dalam buku cabang dengan cara  biasa.     
(5)   Pengiriman uang oleh Cabang ke Kantor Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan cabang.    
Buku Cabang. Cabang medebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit perkiraan cabang.     
(6)   Beban Cabang yang Diberitahukan oleh Kantor Pusat.
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan aktiva, yang bersangkutan, perkiraan penilaian aktiva, perkiraan kewajiban, perkiraan beban, atau perkiraan pendapatan mana yang tepat.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan beban yang bersangkutan dan mengkredit perkiraan kantor pusat.     
(7)   Penetapan Laba/Rugi Bersih Cabang.
Buku Kantor Pusat. Jika cabang melaporkan laba bersih, Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan laba dan rugi cabang. Jika cabang melaporkan rugi bersih, maka bverlaku sebaliknya.
Buku Cabang. Pada akhir periode dilakukan penyesuaian yang diperlukan serta perkiraan pendapatan dan beban ditutup pada perkiraan ikhtisar rugi-laba dengan cara biasa. Saldo dalam perkiraan perkiraan ikhtisar rugi-laba ini kemudian dipindahkan ke perkiraan kantor pusat.

1.2  Penyusuanan Perhitungan Rugi-Laba Cabang dan Kantor Pusat
Cabang biasanya menyusun Neraca dan Perhitungan Rugi-Laba pada akhir periode fiscal. Kantor pusat juga menyusun perhitungan rugi-laba untuk menunjukan posisi keuangan dan hasil operasi. Perkiraan investasi cabang tercantum sebagai aktiva dalam neraca kantor pusat. Neraca cabang dapat dilampirkan sebagai skedul pendukung saldo perkiraan cabang. Laba masing-masing cabang dapat dicantumkan dalam perhitungan ugi laba segera setelah hasil operasi kantor pusat dilaporkan sebagai berikut:
                  Laba bersih dari operasi sendiri                      6.140
                  Ditambah: Laba cabang:
                              Laba bersih-Cabang No. 1                  1.650
Total Laba                                                       7.790
Perhitungan rugi-laba cabang dapat dilampirkan dalam perhitungan rugi-laba kantor pusat sebagai skedul yang memberikan rincian untuk mendukung jumlah bersih yang dilaporkan dalam perhitungan rugi-laba kantor pusat.

1.3  Perhitungan Rugi-Laba Penyusunan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Cabang
Walaupun perhitungan rugi-laba tersendiri memberikan informasi yang penting bagi pejabat kantor pusat dan cabang, naamun untuk dapat menunjukan secara lengkap dan menyeluruh posisi keuangan perusahaan dan hasil operasinya, perhitungan rugi laba harus disatukan. Posisi keuangan secara keseluruhan dapat disajikan sepenuhnya hanya apabila pos-pos aktiva dan kewajiban dari bermacam-macam cabang dinyatakan sebagai saldo investasi cabang dan digabungkan dengan pos-pos kantor pusat. Hasil operasi perusahaan secara keseluruhan dapat disajikan sepenuhnya hanya apabila pos-pos pendapatan dan beban beberapa cabang dinyatakan dalam laba bersih atau rugi bersih cabang dan disatukan dengan data-data kantor pusat.
Dalam menyatukan data-data cabang dengan data-data kantor pusat, pos-pos berlawanan antar kantor tertentu perlu dieliminasi. Dalam menyusun neraca gabungan, perkiraan kantor pusat dan perkiraan cabang dieliminasi karena perkiraan ini tidak berarti apa-apa apabila unit-unit yang bersangkutan ditetapkan sebagai kesatuan tunggal. Setiap saldo piutang dan hutang usaha antar cabang lainnya, yang mungkin telah ditetapkan, juga tidak relevan dan tidak berarti apa-apa dalam menyususn posisi keuangan perusahaan, dengan demikian perlu dielimasi.
Pada penyusunan perhitungan rugi-laba gabungan, perkiraaan pengiriman barang    dagangan dari kantor pusat dan perkiraan pengiriman barang dagang ke cabang dielimasi (dihapuskan), karena saldo perkiraan ini mengikhtisarkan transaksi antar kantor yang tidak ada gunanya. Apabila kesatuan yang bersangkutan dilaporkan sebagai kesatuan tunggal. Pos-pos pendapatan dan beban antar kantor lainnya juga dieliminasi, sehingga perhitungan laporan rugi laba gabungan dapat melaporkan hanya hasil dari transaksi perusahaan dengan pihak luar.
Penyediaan neraca lajur akan memudahkan eliminasi pos-pos antar kantor dan penggabungan pos-pos yang sama, contoh:
Southern Supply Company
Neraca Lajur untuk Neraca Gabungan
Per 31 Oktober 1997

Kantor Pusat
Cabang
Eliminasi
Neraca Gabungan
Debet
Kredit
Debet
Kas
Piutang
Pers. Barang Dagangan
Asuransi dibayar dimuka
Cabang No. 1
Inventaris Kantor Pusat
Inventaris Cabang No. 1

6.250
18.000
30.000
150
15.150
14.000
3.000

3.750
3.000
8.400







15.150

10.000
21.000
38.400
150

14.000
3.000

86.550
15.150


86.550
Kredit
Akm. Peny. Inventaris Kantor Pusat
Akm. Peny. Inventaris Cabang No. 1
Utang Usaha
Utang Pajak
Kantor Pusat
Modal Saham
Laba yang Ditahan

9.100
50
23.300
200

25.000
28.900





15.150





15.150


9.100
50
23.300
200

25.000
28.900

86.550
15.150
15.150
15.150
86.550


Southern Supply Company
Neraca Gabungan untuk Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Oktober 1997
Aktiva
Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham
Kas
Piutang
Pers. Barang Dagangan
Asuransi dibayar dimuka
Inventaris Kantor Pusat                         14.000
   Akm. Peny. Inventaris Kantor Pusat    9.100

Inventaris Cabang No. 1                          3.000
   Akm. Peny. Inventaris Cabang No. 1        50

10.000
21.000
38.400
150


4.900


2.950

Kewajiban

Utang Usaha
Utang Pajak
Total Kewajiban

Ekuitas Pemegang Saham
Modal Saham           25.000
Laba yang Ditahan   28.900

23.300
    200
23.500




53.900

Total Aktiva

77.400
Total Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham

77.400

1.4  Penyesuaian dari Perkiraan Silang (Adjusment of Reciprocal Account)
Saldo perkiraan cabang dalam buku kantor pusat dan saldo perkiraan kantor pusat dalam buku cabang mungkin tidak menunjukan saldo yang sama pada suatu saat,  seperti pada contoh berikut:
q  Dalam Buku Kantor Pusat













q  Dalam Buku Cabang
 Hal tersebut dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
(1)   Debet pada perkiraan cabang tidak disertai dengan Kredit yang sama pada perkiraan kantor pusat.
Kantor pusat telah mendebet perkiraan Cabang dan mengkredit perkiraan pengiriman barang dagangan ke cabang sebesar 3.000 untuk barang dagangan yang dikirim ke cabang pada akhir tahun itu. Pengiriman ini belum sampai di cabang pada tanggal 31 Desember, dengan demikian cabang belum mencatatnya. Ayat jurnal penyesuaian pada buku cabang tanggal 31 Desember:
      Pengiriman Barang Dagangan dari
Kantor Pusat-dalam perjalanan                       3.000
                  Kantor Pusat                                                   3.000
(2)   Kredit pada perkiraan cabang tidak disertai dengan Debet yang sama pada perkiraan kantor pusat.
Kantor pusat telah mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan Cabang sebesar 750 atas penagihan piutang usaha yang dicatat dalam buku cabang. Transaksi ini belum dicatat dalam buku cabang. Ayat jurnal penyesuaian pada buku cabang tanggal 31 Desember:
      Kantor Pusat                                                   750
                  Piutang usaha                                                  750
(3)   Debet pada perkiraan kantor pusat tidak disertai dengan Kredit yang sama pada perkiraan cabang.
Cabang telah mendebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit perkiraan kas sebesar 500 atas pengiriman uang kas ke kantor pusat. Uang ini belum sampai di kantor pusat pada tanggal 31 Desember.  tidak disertai dengan Kredit yang sama pada perkiraan cabang. Ayat jurnal penyesuaian pada buku Kantor Pusat tanggal 31 Desember:
      Kas dalam perjalanan                          500
                  Cabang                                                500
(4)   Kredit pada perkiraan kantor pusat tidak disertai dengan Debet yang sama pada perkiraan cabang.
Cabang telah mengkredit pada perkiraan kantor pusat pada waktu mengoreksi perkiraan sebesar laba bersih yang ditetapkan terlalu rendah untuk periode yang lalu. Informasi ini belum dicatat dalam buku kantor pusat.  Ayat jurnal penyesuaian pada buku Kantor Pusat tanggal 31 Desember:
      Cabang                                                200
                  Laba ditahan                                       200




PENGGABUNGAN USAHA

Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (unity with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Yang pelu diperhatikan dari penggabungan usaha adalah untuk memperoleh efisiensi operasi melalui intergrasi operasi secara horizontal atau vertical atau mendiversifikasi risiko usaha melalui operasi konglomerasi. Integrasi horizontal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama. Integrasi vertikal adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut turut, tahapan produksi dan atau distribusi. Konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam.
Bentuk Penggabungan Usaha:
§  Merger terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain dan entitas yang diambil alih dibubarkan.
 






§  Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk mengambil alih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang terpisah, dan entitas-entitas yang terpisah tersebut dibibarkan.
 






§  Akuisisi Saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, tetapi timbul hubungan induk-anak (parent-subsidiary).
Rounded Rectangle: PT A
Rounded Rectangle: PT A
 

Induk
Rounded Rectangle: PT B
 



                                                                             Anak


Ada dua metode akuntansi untuk penggabungan usaha yang diterima secara umum, Yaitu:
1.      Metode Penyatuan Kepemilikan (pooling of interest method)
Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada pada entitas akuntansi yang baru. Pada methode ini, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya.
Diasumsikan akun ekuitas pemegang saham PT Jernih dan PT Yuri sebelum penyatuan kepemilikan adalah sebagai berikut:


PT Jernih
PT Yuri
Total
Saham biasa @ 10.000
100.000.000
50.000.000
150.000.000
Tambahan modal disetor
  10.000.000
20.000.000
  30.000.000
     Total modal disetor
110.000.000
70.000.000
180.000.000
Saldo laba
  50.000.000
30.000.000
  80.000.000
     Aktiva bersih dan ekuitas
160.000.000
100.000.000
260.000.000

a.      Aktiva dan kewajiban suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan (merger)
Dalam penggabungan usaha dengan bentuk merger, maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan yang tidak dibubarkan (dalam contoh PT Jernih) adalah berdasarkan selisih antara gabungan ekiutas sesudah penggabungan usaha dengan ekuitas awal PT Jernih

Kasus 1: PT Jernih menerbitkan 5.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Dalam diagram tersebut diatas, dapat dilihat tidak ada pergerakan garis batas.
Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           100.000.000
                  Saham biasa                                        50.000.000
                  Tambahan Modal disetor                    20.000.000
                  Saldo laba                                           30.000.000
Untuk mencatat penerbitan 5.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

Ayat jurnal di PT Yuri untuk mencatat pembubarannya:
      Saham biasa                                        50.000.000
      Tambahan Modal disetor                    20.000.000
      Saldo laba                                           30.000.000
                  Aktiva bersih                                       100.000.000   
Untuk mencatat merger dengan PT jernih dan pembubaran akhir.

Kasus 2: PT Jernih menerbitkan 4.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           100.000.000
                  Saham biasa                                        40.000.000
                  Tambahan Modal disetor                    30.000.000
                  Saldo laba                                           30.000.000
Untuk mencatat penerbitan 4.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

Kasus 3: PT Jernih menerbitkan 7.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           100.000.000
                  Saham biasa                                          70.000.000
                  Saldo laba                                             30.000.000
Untuk mencatat penerbitan 7.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

Kasus 4: PT Jernih menerbitkan 9.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 


Saham biasa
190.000.000



Saldo laba
70.000.000
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           100.000.000
Tambahan Modal disetor          10.000.000
                  Saham biasa                                        90.000.000
                  Saldo laba                                           20.000.000
Untuk mencatat penerbitan 9.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

b.      Aktiva dan kewajiban dua atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan (konsolidasi)
Diasumsikan PT Segar dibentuk untuk mengambil alih aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri.
Dalam penggabungan usaha dengan bentuk konsolidasi, maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan baru (dalam contoh PT Segar) adalah berdasarkan gabungan ekuitas sesudah penggabungan usaha.

Kasus 5: PT Segar menerbitkan 15.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           260.000.000
                  Saham biasa                                        150.000.000
                  Tambahan Modal disetor                      30.000.000
                  Saldo laba                                             80.000.000
Untuk mencatat penerbitan 15.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan.

Kasus 6: PT Segar menerbitkan 14.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           260.000.000
                  Saham biasa                                        140.000.000
                  Tambahan Modal disetor                      40.000.000
                  Saldo laba                                             80.000.000
Untuk mencatat penerbitan 14.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan.

Kasus 7: PT Segar menerbitkan 17.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 



Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           260.000.000
                  Saham biasa                                        170.000.000
                  Tambahan Modal Disetor                      10.000.000
                  Saldo laba                                              80.000.000
Untuk mencatat penerbitan 17.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

Kasus 7: PT Jernih menerbitkan 19.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
Gabungan Ekuitas-Sesudah Penggabungan Usaha
 
Gabungan Ekuitas-Sebelum  Penggabungan Usaha
 


Saham biasa
190.000.000



Saldo laba
70.000.000
 
 









 


Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
Total Ekuitas Pemegang Saham
260.000.000
 
 




Ayat jurnal:
Aktiva bersih                           100.000.000
                  Saham biasa                                        190.000.000
                  Saldo laba                                             70.000.000
Untuk mencatat penerbitan19.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.

2.      Metode Pembelian (purchase method)
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang memungkinkan suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini, perusahaan yang memperoleh/membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban  yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke good will dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun.

Ilustrasi:
PT Putih memperoleh aktiva bersih PT Salju melalui penggabungan dengan metode pembelian yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 20x3. Aktiva dan kewajiban PT Salju pada tanggal tersebut, pada nilai buku dan nilai wajarnya, adalah sebagai berikut:



Nilai Buku
Nilai Wajar

Aktiva



Kas

50.000.000
50.000.000

Piutang bersih

150.000.000
140.000.000

Persediaan

200.000.000
250.000.000

Tanah

50.000.000
100.000.000

Bangunan bersih

300.000.000
500.000.000

Peralatan bersih

250.000.000
350.000.000

Hak Paten

                     -
    50.000.000

    Total Aktiva

1.000.000.000
1.440.000.000

Kewajiban



Utang Usaha

60.000.000
60.000.000

Wesel Bayar

150.000.000
135.000.000

Kewajiban lain-lain

  40.000.000
  45.000.000

    Total Kewajiban

250.000.000
240.000.000

        Aktiva bersih

750.000.000
120.000.000

Kasus 1: Goodwill PT Putih mebayar Rp 400.000.000 tunai dan menerbitkan 50.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal 10.000, nilai pasar 20.000 per saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Salju. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Putih pada tanggal 27 Desember adalah sebagai berikut:

      Investasi pada PT Salju                       1.400.000.000
                  Kas                                                                  400.000.000
                  Saham biasa @ 10.000                                    500.000.000
                  Tambahan saham disetor                                 500.000.000

Untuk mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal 10.000 ditambah dengan kas Rp 400.000.000 dalam penggabungan usaha secara pembelian dengan PT Salju

Kas                                                      50.000.000
Piutang bersih                                     140.000.000
Persediaan                                           250.000.000
Tanah                                                  100.000.000
Bangunan                                            500.000.000
Peralatan                                             350.000.000
Hak Paten                                             50.000.000
Goodwill                                             200.000.000
            Utang usaha                                                         60.000.000
            Wesel Bayar                                                       135.000.000
            Kewajiban lain-lain                                              45.000.000
            Investasi pada PT Salju                                   1.400.000.000

Menetapkan biaya perolehan PT Salju atas aktiva yang diperoleh yang dapat diidentifikasi dan kewajiban yag ditanggung atas dasar nilai wajarnya dan penetapan good will


Kasus 2: Goowill Negatif PT Putih menerbitkan 40.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal 10.000, nilai pasar 20.000 per saham, dan juga memberikan wesel bayar 5 tahun, bunga 10% dengan nilai nominal 200.000.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT Salju. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Putih pada tanggal 27 Desember adalah sebagai berikut:

      Investasi pada PT Salju                       1.000.000.000
                  Saham biasa @ 10.000                                    400.000.000
                  Tambahan modal disetor                                 400.000.000
                  Wesel Bayar, 10%, 5 tahun                             200.000.000

Untuk mencatat penerbitan 40.000 lembar saham biasa nominal 10.000 ditambah dengan wesel bayar 10% sebesar 200.000.000 dalam penggabungan usaha secara pembelian dengan PT Salju

Kas                                                      50.000.000
Piutang bersih                                     140.000.000
Persediaan                                           250.000.000
Tanah                                                    80.000.000
Bangunan                                            400.000.000
Peralatan                                             280.000.000
Hak Paten                                             40.000.000
            Utang usaha                                                         60.000.000
            Wesel Bayar                                                       135.000.000
            Kewajiban lain-lain                                              45.000.000
            Investasi pada PT Salju                                   1.400.000.000

Menetapkan biaya perolehan PT Salju atas aktiva lancar dan kewajiban berdasarkan nilai wajarnya dan atas aktiva lancarnya berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan bagian yang proporsional kelebihan nilai wajar dari biaya investasi.
                


BAB 4
TEKNIK DAN PROSEDUR KONSOLIDASI

Metode Pencatatan Investasi Saham
1. Metode Ekuitas (Equity Method)
2. Metode Biaya (Cost Method)

Metode Ekuitas
Akuntansi metode ekuitas berdasarkan PSAK No. 4 pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investi. Berdasarkan metode ekuitas, investasi dicatat pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan deviden. Perusahaan investor melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan investi sebagai pendapatan investasi dan bagian bebannya dari kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi. Rekening investasi ditambah dengan pendapatan investasi dan dikurangi dengan kerugian investasi. Dividen yang diterima dari perusahaan investi adalah disinvestasi berdasarkan metode ekuitas, dan dividen tersebut dicatat sebagai pengurang rekening investasi. Maka pendapatan investasi pada metode ekuitas merefleksikan bagian investor atas laba bersih perusahaan investi, dan rekening investasi merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investi.

Metode Biaya
Berdasarkan metode biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu pengecualian, dividen yang diterima melebihi bagian laba investor setelah saham diperoleh, dianggap sebagai pengembalian modal (atau likuidasi dividen) dan dicatat sebagai pengurang terhadap rekening investasi.

Pencatatan dengan Metode Ekuitas
1. Laba perusahaan anak
            Investasi saham perusahaan anak        xxx
                        Laba-rugi                                             xxx
            (% kepemilikan x laba perusahaan anak)

2. Rugi perusahaan anak
            Laba-rugi                                             xxx
                        Investasi saham perusahaan anak        xxx
            (% kepemilikan x rugi perusahaan anak)

3. Dividen perusahaan anak
            Piutang dividen/kas                            xxx
                        Investasi saham perusahaan anak        xxx
            (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)


Pencatatan dengan Metode Biaya
1. Laba perusahaan anak
            Tidak dijurnal

2. Rugi perusahaan anak
            Tidak dijurnal

3. Dividen perusahaan anak
            Piutang dividen/kas                            xxx     
                        Pendapatan dividen                            xxx
            (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)



Metode Ekuitas
Satu perusahaan anak dalam beberapa periode
Berikut adalah neraca PT. A dan PT. B per 31 Desember 2001 (sesaat setelah penguasaan 75% saham beredar PT. B oleh PT. A), 2002 dan 2003 (dalam ribuan) :

Rekening

2001
2002
2003

PT.A
PT. B
PT. A
PT. B
PT. A
PT. B
Investasi pd PT.B
140
-
155
-
147,5
-
Aktiva
300
250
345
280
382,5
260

Total Aktiva

440
250
500
280
530
260
Utang
180
90
170
100
160
90
Modal Saham
200
100
200
100
200
100
Agio Saham
20
10
20
10
20
10
Laba ditahan
40
50
110
70
150
60

Total Utang & Modal

440
250
500
280
530
260

Transaksi yang berhubungan dengan investasi saham adalah sebagai berikut :
1. Tanggal 05/12/2002 PT.B mengumumkan dividen kas Rp. 30.000
2. Tanggal 20/12/2002 PT.B membayar dividen kas
3. Tanggal 31/12/2002 PT.B melaporkan laba tahun 2002 Rp. 50.000
4. Tanggal 31/12/2003 PT.B melaporkan rugi tahun 2003 Rp. 10.000
    Selisih Lebih antara HP-NB diakui sebagai goodwill (amortisasi 20 tahun)

Selisih HP-NB

2001    HP                                           Rp. 140.000
            NB      75% x (250-90)           Rp. 120.000
                                    Goodwill         Rp.   20.000

2002    HP                                           Rp. 155.000
            NB      75% x (280-100)         Rp. 135.000
                                    Goodwill         Rp.   20.000

            Amortisasi Goodwill   = 1 Th x Rp. 20.000/20 thn)
                                                = Rp. 1.000
            NB Goodwill              = Rp. 20.000 – Rp. 1.000
                                                = Rp. 19.000

2003    HP                                           Rp. 147.500
            NB      75% x (260-90)           Rp. 127.500
                                    Goodwill         Rp.   20.000

Amortisasi Goodwill   = 2 Th x Rp. 20.000/20 thn)
                                                = Rp. 2.000
            NB Goodwill              = Rp. 20.000 – Rp. 2.000
                                                = Rp. 18.000


Jurnal
05/12/2002      Piutang Dividen                      Rp. 22.500
                                    Investasi Saham PT. B                        Rp. 22.500
                        (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

20/12/2002      Kas                                          Rp. 22.500
                                    Piutang dividen                                   Rp. 22.500
                        (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

31/12/2002      Investasi Saham PT. B            Rp. 37.500
                                    Laba Rugi                                           Rp. 37.500
                        (75% x laba PT. B Rp. 50.000)

31/12/2003      Laba rugi                                 Rp.   7.500
                                    Investasi Saham PT. B                        Rp.   7.500
                        (75% x rugi PT. B Rp. 10.000)

 
Perubahan Investasi Saham pada PT. B
Investasi per 31/12/2001                                 Rp. 144.000
                        Dividen          (Rp. 22.500)
                        Laba                Rp. 37.500
                                                                        Rp.   15.000
Investasi per 31/12/2002                                 Rp. 155.000
                        Rugi                                        Rp.     7.500
Investasi per 31/12/2003                                 Rp. 147.500






PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2001
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
140


140


Goodwill


20

20

Aktiva
300
250


550

Total Aktiva
440
250




Utang
180
90



270
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
40




40







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

50




    Eliminasi 75%


37,5



    Minority Int 25%





12,5
Total Utang & Modal
440
250
140
140
570
570


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Aktiva

550.000
Utang

270.000
Goodwill

20.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
12.500






40.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
40.000






260.000

Total Aktiva


570.000

Total Utang&Modal


570.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2002
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
155


155


Goodwill


20
1
19

Aktiva
345
280


625

Total Aktiva
500
280




Utang
170
100



270
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
110

1


109







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

70




    Eliminasi 75%


52,5



    Minority Int 25%





17,5
Total Utang & Modal
500
280
156
156
644
644


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2002
Aktiva

625.000
Utang

270.000
Goodwill

19.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
17.500






45.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
109.000






329.000

Total Aktiva


644.000

Total Utang&Modal


644.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2003
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
147,5


147,5


Goodwill


20
2
18

Aktiva
382,5
260


642,5

Total Aktiva
530
260




Utang
160
90



250
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
150

2


148







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

60




    Eliminasi 75%


45



    Minority Int 25%





15
Total Utang & Modal
530
260
149,5
149,5
660,5
660,5


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2003
Aktiva

642.500
Utang

250.000
Goodwill

18.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
15.000






42.500



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
148.000






368.000

Total Aktiva


660.500

Total Utang&Modal


660.500



Dua Perusahaan Anak dalam Satu Periode

Pada tahun 2000 PT. A membeli secara tunai saham beredar dua perusahaan sbb :
Tanggal 30/06/2000 membeli 2.250 saham PT. B                   Rp. 267.500
Tanggal 30/09/2000 membeli 3.200 saham PT. C                   Rp. 328.000

Neraca PT. A, PT. B dan PT. C per 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut :

Rekening

PT.A
PT.B
PT.C
Kas
100.000
30.000
80.000
Piutang Wesel
150.000
50.000
100.000
Piutang Sewa
20.000
5.000
-
Piutang Dividen (PT.C)
40.000
-
-
Peralatan
150.000
400.000
100.000
Gedung
200.000
-
300.000
Akumulasi Depresiasi
(350.000)
(300.000)
(200.000)
Investasi pd PT. B
215.000
-
-
Investasi pd PT. C
380.000
-
-
Aktiva Lain-lain
745.000
325.000
550.000
Total Aktiva
1.650.000
510.000
930.000
Utang Wesel
200.000
90.000
-
Utang Sewa
-
-
10.000
Utang Dividen
80.000
-
50.000
Utang Lain-lain
220.000
160.000
370.000
Modal Saham @ Rp. 100
700.000
300.000
400.000
Laba ditahan
450.000
(40.000)
100.000

Total Utang & Modal

1.650.000
510.000
930.000

Dalam piutang wesel PT.C dan utang wesel PT.B tersebut termasuk Rp. 30.000 utang piutang antara PT.B dan PT.C.  Dalam piutang sewa PT.A dan utang wesel PT.C tersebut termasuk Rp. 10.000 utang piutang antara PT.A dan PT.C.


PT.A

PT.B
PT.C
Modal Saham (@ Rp. 100)
700.000
300.000
400.000
LYD 31/12/1999
140.000
60.000
(40.000)
Dividen kas 2000, diumumkan 20/12/2000 dibyr 10/1/2001

80.000


50.000
Laba rugi 2000
190.500
(60.000)
100.000
Dividen kas 2001, diumumkan 20/12/2001 dibyr 10/1/2002

80.000


50.000
Laba rugi 2001
200.000
(40.000)
140.000

Perlakuan Selisih HP-NB :
1.      Selisih HP-NB saham PT.B Rp. 10.000 untuk penyesuaian peralatan (UE 5 tahun) sisanya diakui sebagai goodwill (UE 10 tahun).
2.      Selisih HP-NB saham PT.C  untuk penyesuaian nilai gedung (UE 5 tahun).
Kepemilikan oleh PT.A
Saham PT.B
Jumlah lembar saham              = Rp. 300.000/ Rp. 100
                                                = 3.000 lembar
Prosentase kepemilikan           = 2.250/3.000 lembar
                                                = 75%

Saham PT.C
Jumlah lembar saham              = Rp. 400.000/ Rp. 100
                                                = 4.000 lembar
Prosentase kepemilikan           = 3.200/4.000 lembar
                                                = 80%

 

Selisih HP-NB saham PT.B

Saat perolehan
HP                                                                                           Rp. 267.500
NB      MS                  = 75% x Rp. 300.000              Rp. 225.000
            LYD 1999       = 75% x Rp.   60.000              Rp.   45.000
            Rugi 2000       = 75% x 6/12 x (Rp. 60.000) (Rp.  22.500)
                                                                                                Rp. 247.500
                                                Selisih lebih                             Rp.   20.000
                                                Kenaikan peralatan                 Rp.   10.000
                                                Goodwill                                 Rp.   10.000

Per 31/12/2001
HP                                                                                           Rp. 215.000
NB      MS                  = 75% x Rp. 300.000              Rp. 225.000
            LYD 2001       = 75% x (Rp.  40.000)                       (Rp.   30.000)
                                                                                                Rp. 195.000
                                                Selisih lebih                             Rp.   20.000
                                                Kenaikan peralatan                 Rp.   10.000
                                                Goodwill                                 Rp.   10.000

Selisih HP-NB saham PT.C

Saat perolehan
HP                                                                                           Rp. 328.000
NB      MS                  = 80% x Rp. 400.000              Rp. 225.000
            LYD 1999       = 80% x (Rp. 40.000)            (Rp.   32.000)
            Laba 2000       = 80% x 9/12 x Rp. 100.000   Rp.   60.000
                                                                                                Rp. 348.000
                                                Penurunan nilai gedung         (Rp.   20.000)
 
Per 31/12/2001
HP                                                                                           Rp. 380.000
NB      MS                  = 80% x Rp. 400.000              Rp. 320.000
            LYD 2001       = 80% x Rp. 100.000              Rp.   80.000
                                                                                                Rp. 400.000
                                                Penurunan nilai gedung         (Rp.   20.000)
 
Jurnal
30/06/2000
Investasi saham PT. B
267.500


     Kas

267.500
30/09/2000
Investasi saham PT. C
328.000


     Kas

328.000
20/12/2000
Piutang Dividen
40.000


     Investasi saham PT. C

40.000
31/12/2000
Laba Rugi
22.500


     Investasi saham PT. B

22.500

Investasi saham PT. C
20.000


     Laba Rugi

20.000
10/01/2001
Kas
40.000


     Piutang Dividen

40.000
20/12/2001
Piutang Dividen
40.000


     Investasi saham PT. C

40.000
31/12/2001
Laba Rugi
30.000


     Investasi saham PT. B

30.000

Investasi saham PT. B
112.000


     Laba Rugi

112.000


Perubahan Investasi PT.B, PT.C dan LYD PT.A

Investasi PT.B

Investasi PT.C
LYD PT.A
Saldo 31/12/1999


140.000
Perolehan 30/06/2000
267.500


Perolehan 30/09/2000

328.000

Dividen Kas 20/12/2000



PT. C

(40.000)

PT.A


(80.000)
Laba Rugi 2000



PT.A


190.500
PT.B
(22.500)

(22.500)
PT.C

20.000
20.000
Dividen Kas 20/12/2001



PT. C

(40.000)

PT.A


(80.000)
Laba Rugi 2001



PT.A


200.000
PT.B
(30.000)

(30.000)
PT.C

112.000
112.000
Saldo per 31/12/2001
215.000
380.000
450.000


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B dan PT.C
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Kas

210.000
Utang Wesel

260.000
Piutang Wesel

270.000
Utang Dividen

90.000
Piutang Sewa

15.000
Utang Lain-lain

750.000
Peralatan

660.000



Gedung

480.000
Modal :


Akumulasi Depresiasi

(848.000)
Minority (PT.B):


Goodwill

8.500
   Modal Saham
75.000

Aktiva Lain-lain

1.620.000
   Laba ditahan
(10.000)






65.000



Minority (PT.C):





   Modal Saham
80.000




   Laba ditahan
20.000






100.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
700.000




   Laba ditahan
450.500






1.150.500

 

Total Aktiva



2.415.500

Total Utang&Modal



2.415.500



   

Related Posts On

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Copyright © MATERI KULIAH

Sponsored By: Free For Download Template By: Fast Loading Seo Friendly Blogger Template