BAB
I
HUBUNGAN ANTARA KANTOR PUSAT DAN CABANG-PROSEDUR UMUM
1.1 Akuntansi
Untuk Cabang
Pembentukan unit penjualan yang dapat menyalurkan dapat mengambil bentuk
sebagai agen penjual atau pun sebagai
cabang. Organisasi penjualan yang
hanya mengambil pesanan untuk barang serta jasa dan beroperasi di bawah
pengawasan langsung pejabat dari kantor pusat disebut agen penjual.
Meskipun suatu cabang beroperasSedangkan organisasi penjual, yang menjual
barang dari persedian sendiri dan bekerja sebagai kesatuan usaha yang bebas
(independen) disebut cabang.i sebagai unit tersendiri, namun masih berada di
bawah pengendalian kantor pusat.
Penyelenggaraan sistem akuntansi cabang yang dapat diambil:
1) Penyelenggaraan catatan cabang di kantor
pusat;
Transaski cabang dicatat dalam buku harian dan buku besar kantor pusat
atau dalam seperangkat catatan yang terpisah. Data-data yang harus dicatat
diberikan oleh cabang dalam bentuk dokumen asli yang membuktikan transaksi
cabang atau dalam bentuk catatan memorandum yang mengikhtisarkan transaksi
cabang, yang didukung dengan Voucher asli, Salinan voucher dan ikhtisar yang
dikirimkan di kantor pusat.
2) Penyelenggaraan catatan cabang baik di
cabang maupun di kantor pusat;
Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli (books of original entry) untuk semua transaksi sebagai salinan.
Salinan buku pencatatan asli ini dikirim ke kantor pusat, di mana data-data
dibukukan pada perkiraan cabang yang diselenggarakan tersendiri atau dibukukan
dalam buku besar umum kantor pusat. Pada akhir periode, kantor pusat
menyesuaikan dan menutup perkiraan cabang dan menetapkan pendapatan cabang.
3) Penyelenggaraan catatan cabang di cabang
tersendiri.
Pada umumnya, sistem akuntansi cabang diselenggarakan di cabang itu
sendiri. Cabang menyelenggarakan buku pencatatan asli dan membukukannya dalam
catatan buku besar. Laporan keuangan disusun oleh cabang secara berkala dan
dikirimkan ke kantor pusat.
Untuk mengilustrasikan akuntansi bagi operasi cabang, bahwa pada tanggal
1 Oktober PT Sumatera membuka cabang
yang harus menyelenggarakan buku tersendiri dan harus mengirimkan laporan
keuangan ke kantor pusat. Barang dagangan harus difaktur dengan harga pokok.
Inventaris cabang harus dimasukan dalam buku kantor pusat. Cabang harus
dibebani bunga 6% atas investasi kantor pusat di cabang pada tiap awal bulan.
Transasksi cabang no. 1 dan ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi dalam
buku cabang dan kantor pusat diperlihatkan di bawah ini:
Transaksi
Kantor Cabang
|
Buku
Kantor Pusat
|
Buku
Kantor Cabang
|
1
Oktober
(1)
Penerimaan uang
kas dari kantor pusat.
|
Cabang
No.1 6.000
Kas 6.000
|
Kas 6.000
Kantor Pusat
6.000
|
(2)
Penerimaan
barang dagangan dari kantor pusat, yang difakturkan dengan harga pokok.
|
Cabang
No. 1 12.000
Pengiriman barnag dagangan ke cabang 12.000
|
Pengiriman
barang dagangan dari kantor pusat
12.000
Kantor Pusat 12.000
|
(3)
Pembelian
inventaris oleh cabang per kas, yang harus dicatat dalam buku kantor pusat.
|
Inventaris
Cabang No. 1 3.000
Cabang No.1 3.000
|
Kantor
Pusat 3.000
Kas 3.000
|
2-31
Oktober
(4)
Penjualan dan
Penagihan
(a)
Penjualan
dengan kredit
(b)
Penagihan atas
Piutang Usaha
|
|
Piutang
Usaha 6.500
Penjualan 6.500
Kas 3.500
Piutang Usaha 3.500
|
(5)
Pembayaran
beban
|
|
Gaji
dan Komisi 400
Sewa 200
Macam-Macam
Beban 150
Kas 750
|
(6)
Pengiriman uang
ke kantor pusat
|
Kas 2.000
Cabang No. 1 2.000
|
Kantor
Pusat 2.000
Kas 2.000
|
(7)
Beban cabang
yang dikirimkan oleh kantor pusat:
(a)
Asuransi aktiva
cabang
(b)
Penyusutan
inventaris
(c)
Pajak atas
aktiva cabang
(d)
Bunga 6% untuk
satu beban pada inventaris cabang sebesar $18.000 pada tanggal 1 Oktober
|
Cabang
No.1 500
Asuransi
dibayar di muka 35
Akumulasi
penyusutan inventaris cabang no. 1
50
Utang
Pajak 25
Iklan 300
Pendapatan
Bunga Cabang No. 1 90
|
Asuransi 35
Penyusutan
Inventaris 50
Pajak 25
Iklan 300
Beban
Bunga K. Pusat 90
Kantor Pusat 500
|
(8)
Ayat-ayat
jurnal penyesuaian cabang:
Persedian bar. dagangan 31/10 $8.400
|
|
HPP 3.600
Persd.
Brng Dagangan 8.400
Pengiriman
barang dagangan dari k. pusat 12.000
|
(9)
Ayat-ayat
jurnal penutup
|
Cabang
No.1 1.650
Laba-Rugi
Cab. No.1 1.650
Laba
dan Rugi
Cab. No. 1 1.650
Ikhtisar Rugi Laba 1.650
|
Penjualan 6.500
Ikht.
Rugi laba 6.500
Ikhtisar
Rugi laba 4.850
HPP 3.600
Gaji
dan komisi 400
Sewa 200
Macam-macam
beban 150
Asuransi 35
Penyusutan
Inventaris 50
Pajak 25
Iklan 300
Beban
Bunga K. Pusat 90
Ikhtisar
Rugi Laba 1.650
Kantor
Pusat 1.650
|
Penjelasan untuk transaksi yang digambarkan dengan
angka adalah sebagai berikut:
(1)
Penyerahan Aktiva Bukan Barang Dagangan oleh
Kantor Pusat ke Cabang
Buku Kantor Pusat. Apabila aktiva tersebut harus dicatat dalam
buku cabang, maka kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit
perkiraan aktiva bersangkutan. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat
dalam buku kantor pusat, maka dibuka sebuah perkiraan aktiva untuk cabang,
seperti perkiraan Inventaris-Cabang; perkiraan ini didebet dan perkiraan aktiva
yang bersangkutan dikredit.
Buku Cabang. Jika penerimaan aktiva tersebut harus dicatat dalam
buku cabang, maka cabang mendebet perkiraan aktiva dan mengkredit perkiraan
kantor pusat. Apabila aktiva yang diserahkan harus dicatat dalam buku kantor
pusat, maka cabang tidak membuat ayat jurnal apapun. Akan tetapi, cabang harus
menyelenggarakan catatan memorandum untuk aktiva ini.
(2)
Penyerahan Barang Dagangan oleh Kantor Pusat ke
Cabang
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan
mengkredit perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang. Pada akhir periode,
saldo perkiraan Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang di kurangkan dari jumlah
persediaan awal, pembelian, dan ongkos angkut masuk dalam menentukan barang
dagangan yang tersedia untuk dijual oleh kantor pusat. Apabila kantor pusat
menyelenggarakan system persediaan perpetual, maka perkiraan persediaan yang
bersangkutan dikredit untuk barang yang dikirim ke cabang.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan Pengiriman Barang Dagangan
dari Kantor Pusat dengan harga faktur dan mengkredit perkiraan kantor pusat.
Pada akhir periode, barang dagangan yang diterima dari kantor pusat dan barang
dagangan yang dibeli dari pihak luar ditambahkan pada persediaan awal, dalam
menetapkan barang yang tersedia untuk dijual. Jika cabang menyelenggarakan
system persedian perpetual, maka perkiraan persediaan yang bersangkutan
dikredit sebesar barang yang diterima dari kantor pusat.
(3)
Pembelian Aktiva oleh Cabang yang Harus
Dicantumkan dalam Buku Kantor Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan aktiva yang
dimaksud dan mengkredit perkiraan cabang.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit
kas atau perkiraan kewajiban yang bersangkutan.
(4)
Transaksi sekarang yang menyangkut Cabang dan
Pihak Luar
Buku Kantor Pusat. Tidak membutuhkan ayat –ayat jurnal dalam buku
Kantor Pusat.
Buku Cabang. Dicatat dalam buku cabang dengan cara biasa.
(5)
Pengiriman uang oleh Cabang ke Kantor Pusat
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan kas dan
mengkredit perkiraan cabang.
Buku Cabang. Cabang medebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit
perkiraan cabang.
(6)
Beban Cabang yang Diberitahukan oleh Kantor
Pusat.
Buku Kantor Pusat. Kantor pusat mendebet perkiraan cabang dan
mengkredit perkiraan aktiva, yang bersangkutan, perkiraan penilaian aktiva,
perkiraan kewajiban, perkiraan beban, atau perkiraan pendapatan mana yang
tepat.
Buku Cabang. Cabang mendebet perkiraan beban yang bersangkutan dan
mengkredit perkiraan kantor pusat.
(7)
Penetapan Laba/Rugi Bersih Cabang.
Buku Kantor Pusat. Jika cabang melaporkan laba bersih, Kantor
pusat mendebet perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan laba dan rugi cabang.
Jika cabang melaporkan rugi bersih, maka bverlaku sebaliknya.
Buku Cabang. Pada akhir periode dilakukan penyesuaian yang
diperlukan serta perkiraan pendapatan dan beban ditutup pada perkiraan ikhtisar
rugi-laba dengan cara biasa. Saldo dalam perkiraan perkiraan ikhtisar rugi-laba
ini kemudian dipindahkan ke perkiraan kantor pusat.
1.2 Penyusuanan
Perhitungan Rugi-Laba Cabang dan Kantor Pusat
Cabang biasanya menyusun
Neraca dan Perhitungan Rugi-Laba pada akhir periode fiscal. Kantor pusat juga
menyusun perhitungan rugi-laba untuk menunjukan posisi keuangan dan hasil
operasi. Perkiraan investasi cabang tercantum sebagai aktiva dalam neraca
kantor pusat. Neraca cabang dapat dilampirkan sebagai skedul pendukung saldo
perkiraan cabang. Laba masing-masing cabang dapat dicantumkan dalam perhitungan
ugi laba segera setelah hasil operasi kantor pusat dilaporkan sebagai berikut:
Laba bersih dari
operasi sendiri 6.140
Ditambah: Laba
cabang:
Laba
bersih-Cabang No. 1 1.650
Total Laba 7.790
Perhitungan rugi-laba cabang dapat dilampirkan dalam
perhitungan rugi-laba kantor pusat sebagai skedul yang memberikan rincian untuk
mendukung jumlah bersih yang dilaporkan dalam perhitungan rugi-laba kantor
pusat.
1.3 Perhitungan
Rugi-Laba Penyusunan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Cabang
Walaupun perhitungan rugi-laba tersendiri memberikan informasi yang
penting bagi pejabat kantor pusat dan cabang, naamun untuk dapat menunjukan
secara lengkap dan menyeluruh posisi keuangan perusahaan dan hasil operasinya,
perhitungan rugi laba harus disatukan. Posisi keuangan secara keseluruhan dapat
disajikan sepenuhnya hanya apabila pos-pos aktiva dan kewajiban dari
bermacam-macam cabang dinyatakan sebagai saldo investasi cabang dan digabungkan
dengan pos-pos kantor pusat. Hasil operasi perusahaan secara keseluruhan dapat
disajikan sepenuhnya hanya apabila pos-pos pendapatan dan beban beberapa cabang
dinyatakan dalam laba bersih atau rugi bersih cabang dan disatukan dengan
data-data kantor pusat.
Dalam menyatukan data-data cabang dengan data-data kantor pusat, pos-pos
berlawanan antar kantor tertentu perlu dieliminasi. Dalam menyusun neraca
gabungan, perkiraan kantor pusat dan perkiraan cabang dieliminasi karena
perkiraan ini tidak berarti apa-apa apabila unit-unit yang bersangkutan
ditetapkan sebagai kesatuan tunggal. Setiap saldo piutang dan hutang usaha
antar cabang lainnya, yang mungkin telah ditetapkan, juga tidak relevan dan
tidak berarti apa-apa dalam menyususn posisi keuangan perusahaan, dengan
demikian perlu dielimasi.
Pada penyusunan perhitungan rugi-laba gabungan, perkiraaan pengiriman
barang dagangan dari kantor pusat dan
perkiraan pengiriman barang dagang ke cabang dielimasi (dihapuskan), karena
saldo perkiraan ini mengikhtisarkan transaksi antar kantor yang tidak ada
gunanya. Apabila kesatuan yang bersangkutan dilaporkan sebagai kesatuan
tunggal. Pos-pos pendapatan dan beban antar kantor lainnya juga dieliminasi,
sehingga perhitungan laporan rugi laba gabungan dapat melaporkan hanya hasil
dari transaksi perusahaan dengan pihak luar.
Penyediaan neraca lajur akan memudahkan eliminasi pos-pos antar kantor
dan penggabungan pos-pos yang sama, contoh:
Southern Supply
Company
Neraca Lajur untuk
Neraca Gabungan
Per 31 Oktober
1997
|
Kantor Pusat
|
Cabang
|
Eliminasi
|
Neraca Gabungan
|
|
Debet
|
Kredit
|
||||
Debet
Kas
Piutang
Pers.
Barang Dagangan
Asuransi
dibayar dimuka
Cabang
No. 1
Inventaris
Kantor Pusat
Inventaris
Cabang No. 1
|
6.250
18.000
30.000
150
15.150
14.000
3.000
|
3.750
3.000
8.400
|
|
15.150
|
10.000
21.000
38.400
150
14.000
3.000
|
|
86.550
|
15.150
|
|
|
86.550
|
Kredit
Akm.
Peny. Inventaris Kantor Pusat
Akm.
Peny. Inventaris Cabang No. 1
Utang
Usaha
Utang
Pajak
Kantor
Pusat
Modal
Saham
Laba
yang Ditahan
|
9.100
50
23.300
200
25.000
28.900
|
15.150
|
15.150
|
|
9.100
50
23.300
200
25.000
28.900
|
|
86.550
|
15.150
|
15.150
|
15.150
|
86.550
|
Southern Supply
Company
Neraca Gabungan
untuk Kantor Pusat dan Cabang
Per 31 Oktober
1997
Aktiva
|
Kewajiban dan Ekuitas Pemegang Saham
|
||
Kas
Piutang
Pers.
Barang Dagangan
Asuransi
dibayar dimuka
Inventaris
Kantor Pusat
14.000
Akm. Peny. Inventaris Kantor Pusat 9.100
Inventaris
Cabang No. 1
3.000
Akm. Peny. Inventaris Cabang No. 1 50
|
10.000
21.000
38.400
150
4.900
2.950
|
Kewajiban
Utang
Usaha
Utang
Pajak
Total
Kewajiban
Ekuitas
Pemegang Saham
Modal
Saham 25.000
Laba yang Ditahan 28.900
|
23.300
200
23.500
53.900
|
Total
Aktiva
|
77.400
|
Total Kewajiban dan Ekuitas
Pemegang Saham
|
77.400
|
1.4 Penyesuaian
dari Perkiraan Silang (Adjusment of Reciprocal Account)
Saldo perkiraan cabang dalam buku kantor pusat dan
saldo perkiraan kantor pusat dalam buku cabang mungkin tidak menunjukan saldo
yang sama pada suatu saat, seperti pada
contoh berikut:
q Dalam
Buku Kantor Pusat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
q Dalam
Buku Cabang
Hal tersebut
dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
(1)
Debet pada perkiraan cabang tidak disertai
dengan Kredit yang sama pada perkiraan kantor pusat.
Kantor pusat telah mendebet perkiraan Cabang dan mengkredit perkiraan
pengiriman barang dagangan ke cabang sebesar 3.000 untuk barang dagangan yang
dikirim ke cabang pada akhir tahun itu. Pengiriman ini belum sampai di cabang
pada tanggal 31 Desember, dengan demikian cabang belum mencatatnya. Ayat jurnal
penyesuaian pada buku cabang tanggal 31 Desember:
Pengiriman Barang Dagangan dari
Kantor Pusat-dalam perjalanan 3.000
Kantor Pusat 3.000
(2)
Kredit pada perkiraan cabang tidak disertai
dengan Debet yang sama pada perkiraan kantor pusat.
Kantor pusat telah mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan Cabang
sebesar 750 atas penagihan piutang usaha yang dicatat dalam buku cabang.
Transaksi ini belum dicatat dalam buku cabang. Ayat jurnal penyesuaian pada
buku cabang tanggal 31 Desember:
Kantor Pusat 750
Piutang usaha 750
(3)
Debet pada perkiraan kantor pusat tidak disertai
dengan Kredit yang sama pada perkiraan cabang.
Cabang telah mendebet perkiraan kantor pusat dan mengkredit perkiraan kas
sebesar 500 atas pengiriman uang kas ke kantor pusat. Uang ini belum sampai di
kantor pusat pada tanggal 31 Desember.
tidak disertai dengan Kredit yang sama pada perkiraan cabang. Ayat
jurnal penyesuaian pada buku Kantor Pusat tanggal 31 Desember:
Kas dalam perjalanan 500
Cabang 500
(4)
Kredit pada perkiraan kantor pusat tidak
disertai dengan Debet yang sama pada perkiraan cabang.
Cabang telah mengkredit pada perkiraan kantor pusat pada waktu mengoreksi
perkiraan sebesar laba bersih yang ditetapkan terlalu rendah untuk periode yang
lalu. Informasi ini belum dicatat dalam buku kantor pusat. Ayat jurnal penyesuaian pada buku Kantor
Pusat tanggal 31 Desember:
Cabang 200
Laba ditahan 200
PENGGABUNGAN USAHA
Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan
dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena
satu perusahaan menyatu dengan (unity with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Yang pelu diperhatikan dari penggabungan usaha adalah untuk
memperoleh efisiensi operasi melalui intergrasi operasi secara horizontal atau
vertical atau mendiversifikasi risiko usaha melalui operasi konglomerasi. Integrasi
horizontal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau
pasar yang sama. Integrasi vertikal adalah penggabungan dua atau lebih
perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut turut, tahapan produksi
dan atau distribusi. Konglomerasi adalah penggabungan
perusahaan-perusahaan dengan produk dan/atau jasa yang tidak saling berhubungan
dan bermacam-macam.
Bentuk Penggabungan Usaha:
§
Merger terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil alih semua operasi dari
entitas usaha lain dan entitas yang diambil alih dibubarkan.
§
Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk untuk mengambil
alih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas usaha yang terpisah,
dan entitas-entitas yang terpisah tersebut dibibarkan.
§
Akuisisi Saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak suara
dari perusahaan lain dan kedua perusahaan tersebut tetap beroperasi sebagai
entitas hukum yang terpisah, tetapi timbul hubungan induk-anak (parent-subsidiary).
Induk
Anak
Ada dua metode akuntansi untuk
penggabungan usaha yang diterima secara umum, Yaitu:
1.
Metode Penyatuan
Kepemilikan (pooling of interest method)
Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan
perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif
tetap tidak berubah pada pada entitas akuntansi yang baru. Pada methode ini,
aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukan dalam
entitas gabungan sebesar nilai bukunya.
Diasumsikan akun ekuitas pemegang saham PT Jernih dan PT Yuri
sebelum penyatuan kepemilikan adalah sebagai berikut:
|
PT
Jernih
|
PT
Yuri
|
Total
|
Saham biasa @
10.000
|
100.000.000
|
50.000.000
|
150.000.000
|
Tambahan modal
disetor
|
10.000.000
|
20.000.000
|
30.000.000
|
Total modal disetor
|
110.000.000
|
70.000.000
|
180.000.000
|
Saldo laba
|
50.000.000
|
30.000.000
|
80.000.000
|
Aktiva bersih dan ekuitas
|
160.000.000
|
100.000.000
|
260.000.000
|
a.
Aktiva dan kewajiban
suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain dan perusahaan yang melakukan
pengalihan tersebut dibubarkan (merger)
Dalam penggabungan usaha dengan
bentuk merger, maka ayat jurnal yang dibuat oleh perusahaan yang tidak
dibubarkan (dalam contoh PT Jernih) adalah berdasarkan selisih antara gabungan
ekiutas sesudah penggabungan usaha dengan ekuitas awal PT Jernih
Kasus 1: PT Jernih menerbitkan 5.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Dalam diagram tersebut diatas, dapat dilihat tidak ada pergerakan
garis batas.
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 100.000.000
Saham biasa 50.000.000
Tambahan
Modal disetor 20.000.000
Saldo laba 30.000.000
Untuk mencatat penerbitan 5.000 lembar saham dalam
suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
Ayat jurnal di PT Yuri untuk mencatat pembubarannya:
Saham biasa 50.000.000
Tambahan Modal disetor 20.000.000
Saldo laba 30.000.000
Aktiva bersih 100.000.000
Untuk mencatat merger dengan
PT jernih dan pembubaran akhir.
Kasus 2: PT Jernih menerbitkan 4.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 100.000.000
Saham biasa 40.000.000
Tambahan
Modal disetor 30.000.000
Saldo laba 30.000.000
Untuk mencatat penerbitan
4.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
Kasus 3: PT Jernih menerbitkan 7.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 100.000.000
Saham biasa 70.000.000
Saldo laba 30.000.000
Untuk mencatat penerbitan
7.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
Kasus 4: PT Jernih menerbitkan 9.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
|
||||||||
|
||||||||
|
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 100.000.000
Tambahan Modal disetor 10.000.000
Saham biasa 90.000.000
Saldo laba 20.000.000
Untuk mencatat penerbitan
9.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
b.
Aktiva dan kewajiban dua
atau lebih perusahaan dialihkan ke perusahaan baru dan perusahaan yang
melakukan pengalihan tersebut dibubarkan (konsolidasi)
Diasumsikan PT Segar dibentuk untuk mengambil alih aktiva bersih PT
Jernih dan PT Yuri.
Dalam penggabungan usaha dengan bentuk konsolidasi, maka ayat jurnal
yang dibuat oleh perusahaan baru (dalam contoh PT Segar) adalah berdasarkan
gabungan ekuitas sesudah penggabungan usaha.
Kasus 5: PT Segar menerbitkan 15.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 260.000.000
Saham biasa 150.000.000
Tambahan
Modal disetor 30.000.000
Saldo laba 80.000.000
Untuk mencatat penerbitan 15.000 lembar saham dalam
suatu penyatuan kepemilikan.
Kasus 6: PT Segar menerbitkan 14.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 260.000.000
Saham biasa 140.000.000
Tambahan
Modal disetor 40.000.000
Saldo laba 80.000.000
Untuk mencatat penerbitan
14.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan.
Kasus 7: PT Segar menerbitkan 17.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Jernih dan PT Yuri
|
|||||||
|
|||||||
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 260.000.000
Saham biasa 170.000.000
Tambahan
Modal Disetor 10.000.000
Saldo laba 80.000.000
Untuk mencatat penerbitan
17.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
Kasus 7: PT Jernih menerbitkan
19.000 lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT Yuri
|
||||||||
|
||||||||
|
|
|
Ayat jurnal:
Aktiva bersih 100.000.000
Saham biasa 190.000.000
Saldo laba 70.000.000
Untuk mencatat
penerbitan19.000 lembar saham dalam suatu penyatuan kepemilikan dengan PT Yuri.
2.
Metode Pembelian (purchase
method)
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha
merupakan suatu transaksi yang memungkinkan suatu entitas memperoleh aktiva
bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini,
perusahaan yang memperoleh/membeli mencatat aktiva yang diterima dan
kewajiban yang ditanggung sebesar nilai
wajarnya. Setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih
yang diperoleh dialokasikan ke good will dan diamortisasi selama maksimum 20
tahun.
Ilustrasi:
PT Putih memperoleh aktiva bersih PT Salju melalui penggabungan
dengan metode pembelian yang dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 20x3. Aktiva
dan kewajiban PT Salju pada tanggal tersebut, pada nilai buku dan nilai
wajarnya, adalah sebagai berikut:
|
Nilai Buku
|
Nilai Wajar
|
Aktiva |
|
|
Kas
|
50.000.000
|
50.000.000
|
Piutang bersih
|
150.000.000
|
140.000.000
|
Persediaan
|
200.000.000
|
250.000.000
|
Tanah
|
50.000.000
|
100.000.000
|
Bangunan bersih
|
300.000.000
|
500.000.000
|
Peralatan bersih
|
250.000.000
|
350.000.000
|
Hak Paten
|
-
|
50.000.000
|
Total Aktiva
|
1.000.000.000
|
1.440.000.000
|
Kewajiban
|
|
|
Utang Usaha
|
60.000.000
|
60.000.000
|
Wesel Bayar
|
150.000.000
|
135.000.000
|
Kewajiban lain-lain
|
40.000.000
|
45.000.000
|
Total Kewajiban
|
250.000.000
|
240.000.000
|
Aktiva bersih
|
750.000.000
|
120.000.000
|
Kasus 1: Goodwill PT Putih
mebayar Rp 400.000.000 tunai dan menerbitkan 50.000 lembar saham biasa dengan
nilai nominal 10.000, nilai pasar 20.000 per saham untuk memperoleh aktiva
bersih PT Salju. Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT
Putih pada tanggal 27 Desember adalah sebagai berikut:
Investasi pada PT Salju 1.400.000.000
Kas 400.000.000
Saham biasa @
10.000 500.000.000
Tambahan
saham disetor 500.000.000
Untuk
mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal 10.000 ditambah dengan
kas Rp 400.000.000 dalam penggabungan usaha secara pembelian dengan PT Salju
Kas 50.000.000
Piutang bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 100.000.000
Bangunan 500.000.000
Peralatan 350.000.000
Hak Paten 50.000.000
Goodwill 200.000.000
Utang usaha 60.000.000
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban lain-lain 45.000.000
Investasi pada PT Salju 1.400.000.000
Menetapkan
biaya perolehan PT Salju atas aktiva yang diperoleh yang dapat diidentifikasi
dan kewajiban yag ditanggung atas dasar nilai wajarnya dan penetapan good will
Kasus 2: Goowill Negatif PT
Putih menerbitkan 40.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal 10.000, nilai
pasar 20.000 per saham, dan juga memberikan wesel bayar 5 tahun, bunga 10%
dengan nilai nominal 200.000.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT Salju. Ayat
jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Putih pada tanggal 27
Desember adalah sebagai berikut:
Investasi pada PT Salju 1.000.000.000
Saham biasa @
10.000 400.000.000
Tambahan
modal disetor 400.000.000
Wesel Bayar,
10%, 5 tahun 200.000.000
Untuk
mencatat penerbitan 40.000 lembar saham biasa nominal 10.000 ditambah dengan
wesel bayar 10% sebesar 200.000.000 dalam penggabungan usaha secara pembelian
dengan PT Salju
Kas 50.000.000
Piutang bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 80.000.000
Bangunan 400.000.000
Peralatan 280.000.000
Hak Paten 40.000.000
Utang usaha
60.000.000
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban lain-lain 45.000.000
Investasi pada PT Salju 1.400.000.000
Menetapkan
biaya perolehan PT Salju atas aktiva lancar dan kewajiban berdasarkan nilai
wajarnya dan atas aktiva lancarnya berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan
bagian yang proporsional kelebihan nilai wajar dari biaya investasi.
BAB 4
TEKNIK DAN PROSEDUR KONSOLIDASI
Metode
Pencatatan Investasi Saham
1. Metode Ekuitas
(Equity Method)
2. Metode Biaya (Cost
Method)
Metode Ekuitas
Akuntansi metode
ekuitas berdasarkan PSAK No. 4 pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk
investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh
yang signifikan terhadap perusahaan investi. Berdasarkan metode ekuitas,
investasi dicatat pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan,
kerugian dan deviden. Perusahaan investor melaporkan bagian miliknya yang
menjadi keuntungan perusahaan investi sebagai pendapatan investasi dan bagian
bebannya dari kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi. Rekening
investasi ditambah dengan pendapatan investasi dan dikurangi dengan kerugian
investasi. Dividen yang diterima dari perusahaan investi adalah disinvestasi
berdasarkan metode ekuitas, dan dividen tersebut dicatat sebagai pengurang
rekening investasi. Maka pendapatan investasi pada metode ekuitas merefleksikan
bagian investor atas laba bersih perusahaan investi, dan rekening investasi
merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investi.
Metode Biaya
Berdasarkan metode
biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari laba
berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu pengecualian,
dividen yang diterima melebihi bagian laba investor setelah saham diperoleh,
dianggap sebagai pengembalian modal (atau likuidasi dividen) dan dicatat
sebagai pengurang terhadap rekening investasi.
Pencatatan
dengan Metode Ekuitas
1. Laba perusahaan
anak
Investasi saham perusahaan anak xxx
Laba-rugi xxx
(% kepemilikan x laba perusahaan
anak)
2. Rugi perusahaan
anak
Laba-rugi xxx
Investasi
saham perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x rugi perusahaan
anak)
3. Dividen
perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Investasi saham
perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan
anak)
Pencatatan
dengan Metode Biaya
1. Laba perusahaan
anak
Tidak dijurnal
2. Rugi perusahaan
anak
Tidak dijurnal
3. Dividen
perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Pendapatan dividen xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan
anak)
Metode Ekuitas
Satu perusahaan
anak dalam beberapa periode
Berikut
adalah neraca PT. A dan PT. B per 31 Desember 2001 (sesaat setelah penguasaan
75% saham beredar PT. B oleh PT. A), 2002 dan 2003 (dalam ribuan) :
Rekening
|
2001
|
2002
|
2003
|
|||
|
PT.A
|
PT. B
|
PT. A
|
PT. B
|
PT. A
|
PT. B
|
Investasi
pd PT.B
|
140
|
-
|
155
|
-
|
147,5
|
-
|
Aktiva
|
300
|
250
|
345
|
280
|
382,5
|
260
|
Total Aktiva
|
440
|
250
|
500
|
280
|
530
|
260
|
Utang
|
180
|
90
|
170
|
100
|
160
|
90
|
Modal
Saham
|
200
|
100
|
200
|
100
|
200
|
100
|
Agio
Saham
|
20
|
10
|
20
|
10
|
20
|
10
|
Laba
ditahan
|
40
|
50
|
110
|
70
|
150
|
60
|
Total Utang & Modal
|
440
|
250
|
500
|
280
|
530
|
260
|
Transaksi
yang berhubungan dengan investasi saham adalah sebagai berikut :
1.
Tanggal 05/12/2002 PT.B mengumumkan dividen kas Rp. 30.000
2.
Tanggal 20/12/2002 PT.B membayar dividen kas
3.
Tanggal 31/12/2002 PT.B melaporkan laba tahun 2002 Rp. 50.000
4.
Tanggal 31/12/2003 PT.B melaporkan rugi tahun 2003 Rp. 10.000
Selisih Lebih antara HP-NB diakui sebagai
goodwill (amortisasi 20 tahun)
Selisih HP-NB
2001 HP Rp.
140.000
NB 75%
x (250-90) Rp. 120.000
Goodwill Rp.
20.000
2002 HP Rp.
155.000
NB 75%
x (280-100) Rp. 135.000
Goodwill Rp.
20.000
Amortisasi Goodwill = 1 Th x Rp.
20.000/20 thn)
=
Rp. 1.000
NB Goodwill = Rp. 20.000 – Rp. 1.000
=
Rp. 19.000
2003 HP Rp.
147.500
NB 75%
x (260-90) Rp. 127.500
Goodwill Rp.
20.000
Amortisasi Goodwill =
2 Th x Rp. 20.000/20 thn)
=
Rp. 2.000
NB Goodwill = Rp. 20.000 – Rp. 2.000
=
Rp. 18.000
Jurnal
05/12/2002 Piutang Dividen Rp. 22.500
Investasi
Saham PT. B Rp.
22.500
(75% x dividen PT. B Rp.
30.000)
20/12/2002 Kas Rp.
22.500
Piutang
dividen Rp.
22.500
(75% x dividen PT. B Rp.
30.000)
31/12/2002 Investasi Saham PT. B Rp. 37.500
Laba Rugi Rp.
37.500
(75% x laba PT. B Rp.
50.000)
31/12/2003 Laba rugi Rp. 7.500
Investasi
Saham PT. B Rp. 7.500
(75% x rugi PT. B Rp.
10.000)
Perubahan Investasi Saham pada PT.
B
Investasi
per 31/12/2001 Rp.
144.000
Dividen (Rp. 22.500)
Laba Rp. 37.500
Rp. 15.000
Investasi
per 31/12/2002 Rp.
155.000
Rugi Rp. 7.500
Investasi
per 31/12/2003 Rp.
147.500
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2001
Rekening
|
PT.A
|
PT.B
|
Eliminasi
|
NK
|
||
|
|
|
D
|
K
|
D
|
K
|
Investasi pd PT.B
|
140
|
|
|
140
|
|
|
Goodwill
|
|
|
20
|
|
20
|
|
Aktiva
|
300
|
250
|
|
|
550
|
|
Total Aktiva
|
440
|
250
|
|
|
|
|
Utang
|
180
|
90
|
|
|
|
270
|
PT.A Modal Saham
|
200
|
|
|
|
|
200
|
Agio Saham
|
20
|
|
|
|
|
20
|
Laba Ditahan
|
40
|
|
|
|
|
40
|
|
|
|
|
|
|
|
PT.B
|
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
|
100
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
75
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
25
|
Agio
Saham
|
|
10
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
7,5
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
2,5
|
Agio
Saham
|
|
50
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
37,5
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
12,5
|
Total Utang & Modal
|
440
|
250
|
140
|
140
|
570
|
570
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Aktiva
|
|
550.000
|
Utang
|
|
270.000
|
Goodwill
|
|
20.000
|
Modal
:
|
|
|
|
|
|
Minority (PT.B):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
25.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
2.500
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
12.500
|
|
|
|
|
|
|
40.000
|
|
|
|
Mayority (PT.A):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
200.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
20.000
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
40.000
|
|
|
|
|
|
|
260.000
|
Total Aktiva
|
|
570.000
|
Total Utang&Modal
|
|
570.000
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2002
Rekening
|
PT.A
|
PT.B
|
Eliminasi
|
NK
|
||
|
|
|
D
|
K
|
D
|
K
|
Investasi pd PT.B
|
155
|
|
|
155
|
|
|
Goodwill
|
|
|
20
|
1
|
19
|
|
Aktiva
|
345
|
280
|
|
|
625
|
|
Total Aktiva
|
500
|
280
|
|
|
|
|
Utang
|
170
|
100
|
|
|
|
270
|
PT.A Modal Saham
|
200
|
|
|
|
|
200
|
Agio Saham
|
20
|
|
|
|
|
20
|
Laba Ditahan
|
110
|
|
1
|
|
|
109
|
|
|
|
|
|
|
|
PT.B
|
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
|
100
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
75
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
25
|
Agio
Saham
|
|
10
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
7,5
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
2,5
|
Agio
Saham
|
|
70
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
52,5
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
17,5
|
Total Utang & Modal
|
500
|
280
|
156
|
156
|
644
|
644
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2002
Aktiva
|
|
625.000
|
Utang
|
|
270.000
|
Goodwill
|
|
19.000
|
Modal
:
|
|
|
|
|
|
Minority (PT.B):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
25.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
2.500
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
17.500
|
|
|
|
|
|
|
45.000
|
|
|
|
Mayority (PT.A):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
200.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
20.000
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
109.000
|
|
|
|
|
|
|
329.000
|
Total Aktiva
|
|
644.000
|
Total Utang&Modal
|
|
644.000
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2003
Rekening
|
PT.A
|
PT.B
|
Eliminasi
|
NK
|
||
|
|
|
D
|
K
|
D
|
K
|
Investasi pd PT.B
|
147,5
|
|
|
147,5
|
|
|
Goodwill
|
|
|
20
|
2
|
18
|
|
Aktiva
|
382,5
|
260
|
|
|
642,5
|
|
Total Aktiva
|
530
|
260
|
|
|
|
|
Utang
|
160
|
90
|
|
|
|
250
|
PT.A Modal Saham
|
200
|
|
|
|
|
200
|
Agio Saham
|
20
|
|
|
|
|
20
|
Laba Ditahan
|
150
|
|
2
|
|
|
148
|
|
|
|
|
|
|
|
PT.B
|
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
|
100
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
75
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
25
|
Agio
Saham
|
|
10
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
7,5
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
2,5
|
Agio
Saham
|
|
60
|
|
|
|
|
Eliminasi 75%
|
|
|
45
|
|
|
|
Minority Int 25%
|
|
|
|
|
|
15
|
Total Utang & Modal
|
530
|
260
|
149,5
|
149,5
|
660,5
|
660,5
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2003
Aktiva
|
|
642.500
|
Utang
|
|
250.000
|
Goodwill
|
|
18.000
|
Modal
:
|
|
|
|
|
|
Minority (PT.B):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
25.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
2.500
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
15.000
|
|
|
|
|
|
|
42.500
|
|
|
|
Mayority (PT.A):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
200.000
|
|
|
|
|
Agio Saham
|
20.000
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
148.000
|
|
|
|
|
|
|
368.000
|
Total Aktiva
|
|
660.500
|
Total Utang&Modal
|
|
660.500
|
Dua Perusahaan Anak dalam Satu
Periode
Pada
tahun 2000 PT. A membeli secara tunai saham beredar dua perusahaan sbb :
Tanggal
30/06/2000 membeli 2.250 saham PT. B Rp.
267.500
Tanggal
30/09/2000 membeli 3.200 saham PT. C Rp.
328.000
Neraca
PT. A, PT. B dan PT. C per 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut :
Rekening
|
PT.A
|
PT.B
|
PT.C
|
Kas
|
100.000
|
30.000
|
80.000
|
Piutang
Wesel
|
150.000
|
50.000
|
100.000
|
Piutang
Sewa
|
20.000
|
5.000
|
-
|
Piutang
Dividen (PT.C)
|
40.000
|
-
|
-
|
Peralatan
|
150.000
|
400.000
|
100.000
|
Gedung
|
200.000
|
-
|
300.000
|
Akumulasi
Depresiasi
|
(350.000)
|
(300.000)
|
(200.000)
|
Investasi
pd PT. B
|
215.000
|
-
|
-
|
Investasi
pd PT. C
|
380.000
|
-
|
-
|
Aktiva
Lain-lain
|
745.000
|
325.000
|
550.000
|
Total Aktiva
|
1.650.000
|
510.000
|
930.000
|
Utang
Wesel
|
200.000
|
90.000
|
-
|
Utang
Sewa
|
-
|
-
|
10.000
|
Utang
Dividen
|
80.000
|
-
|
50.000
|
Utang
Lain-lain
|
220.000
|
160.000
|
370.000
|
Modal
Saham @ Rp. 100
|
700.000
|
300.000
|
400.000
|
Laba
ditahan
|
450.000
|
(40.000)
|
100.000
|
Total Utang & Modal
|
1.650.000
|
510.000
|
930.000
|
Dalam
piutang wesel PT.C dan utang wesel PT.B tersebut termasuk Rp. 30.000 utang
piutang antara PT.B dan PT.C. Dalam
piutang sewa PT.A dan utang wesel PT.C tersebut termasuk Rp. 10.000 utang
piutang antara PT.A dan PT.C.
|
PT.A
|
PT.B
|
PT.C
|
Modal
Saham (@ Rp. 100)
|
700.000
|
300.000
|
400.000
|
LYD
31/12/1999
|
140.000
|
60.000
|
(40.000)
|
Dividen
kas 2000, diumumkan 20/12/2000 dibyr 10/1/2001
|
80.000
|
|
50.000
|
Laba
rugi 2000
|
190.500
|
(60.000)
|
100.000
|
Dividen
kas 2001, diumumkan 20/12/2001 dibyr 10/1/2002
|
80.000
|
|
50.000
|
Laba
rugi 2001
|
200.000
|
(40.000)
|
140.000
|
Perlakuan
Selisih HP-NB :
1. Selisih HP-NB saham PT.B Rp. 10.000 untuk penyesuaian
peralatan (UE 5 tahun) sisanya diakui sebagai goodwill (UE 10 tahun).
2. Selisih HP-NB saham PT.C untuk penyesuaian nilai gedung (UE 5 tahun).
Kepemilikan
oleh PT.A
Saham PT.B
Jumlah
lembar saham = Rp. 300.000/
Rp. 100
=
3.000 lembar
Prosentase
kepemilikan = 2.250/3.000 lembar
=
75%
Saham PT.C
Jumlah
lembar saham = Rp. 400.000/
Rp. 100
=
4.000 lembar
Prosentase
kepemilikan = 3.200/4.000 lembar
=
80%
Selisih HP-NB saham PT.B
Saat perolehan
HP Rp.
267.500
NB MS =
75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000
LYD 1999 = 75% x Rp. 60.000 Rp. 45.000
Rugi 2000 = 75% x 6/12 x (Rp. 60.000) (Rp. 22.500)
Rp.
247.500
Selisih
lebih Rp. 20.000
Kenaikan
peralatan Rp. 10.000
Goodwill Rp. 10.000
Per 31/12/2001
HP Rp.
215.000
NB MS =
75% x Rp. 300.000 Rp. 225.000
LYD 2001 = 75% x (Rp. 40.000) (Rp. 30.000)
Rp.
195.000
Selisih
lebih Rp. 20.000
Kenaikan
peralatan Rp. 10.000
Goodwill Rp. 10.000
Selisih HP-NB saham PT.C
Saat perolehan
HP Rp.
328.000
NB MS =
80% x Rp. 400.000 Rp. 225.000
LYD 1999 = 80% x (Rp. 40.000) (Rp. 32.000)
Laba 2000 = 80% x 9/12 x Rp. 100.000 Rp. 60.000
Rp.
348.000
Penurunan
nilai gedung (Rp. 20.000)
Per 31/12/2001
HP Rp.
380.000
NB MS =
80% x Rp. 400.000 Rp. 320.000
LYD 2001 = 80% x Rp. 100.000 Rp. 80.000
Rp.
400.000
Penurunan
nilai gedung (Rp. 20.000)
Jurnal
30/06/2000
|
Investasi saham PT. B
|
267.500
|
|
|
Kas
|
|
267.500
|
30/09/2000
|
Investasi saham PT. C
|
328.000
|
|
|
Kas
|
|
328.000
|
20/12/2000
|
Piutang Dividen
|
40.000
|
|
|
Investasi saham PT. C
|
|
40.000
|
31/12/2000
|
Laba Rugi
|
22.500
|
|
|
Investasi saham PT. B
|
|
22.500
|
|
Investasi saham PT. C
|
20.000
|
|
|
Laba Rugi
|
|
20.000
|
10/01/2001
|
Kas
|
40.000
|
|
|
Piutang Dividen
|
|
40.000
|
20/12/2001
|
Piutang Dividen
|
40.000
|
|
|
Investasi saham PT. C
|
|
40.000
|
31/12/2001
|
Laba Rugi
|
30.000
|
|
|
Investasi saham PT. B
|
|
30.000
|
|
Investasi saham PT. B
|
112.000
|
|
|
Laba Rugi
|
|
112.000
|
Perubahan Investasi PT.B,
PT.C dan LYD PT.A
|
Investasi PT.B
|
Investasi PT.C
|
LYD PT.A
|
Saldo 31/12/1999
|
|
|
140.000
|
Perolehan 30/06/2000
|
267.500
|
|
|
Perolehan 30/09/2000
|
|
328.000
|
|
Dividen Kas
20/12/2000
|
|
|
|
PT. C
|
|
(40.000)
|
|
PT.A
|
|
|
(80.000)
|
Laba Rugi 2000
|
|
|
|
PT.A
|
|
|
190.500
|
PT.B
|
(22.500)
|
|
(22.500)
|
PT.C
|
|
20.000
|
20.000
|
Dividen Kas
20/12/2001
|
|
|
|
PT. C
|
|
(40.000)
|
|
PT.A
|
|
|
(80.000)
|
Laba Rugi 2001
|
|
|
|
PT.A
|
|
|
200.000
|
PT.B
|
(30.000)
|
|
(30.000)
|
PT.C
|
|
112.000
|
112.000
|
Saldo per 31/12/2001
|
215.000
|
380.000
|
450.000
|
PT. A dan
Perusahaan Anak PT. B dan PT.C
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Kas
|
|
210.000
|
Utang
Wesel
|
|
260.000
|
Piutang
Wesel
|
|
270.000
|
Utang
Dividen
|
|
90.000
|
Piutang
Sewa
|
|
15.000
|
Utang
Lain-lain
|
|
750.000
|
Peralatan
|
|
660.000
|
|
|
|
Gedung
|
|
480.000
|
Modal
:
|
|
|
Akumulasi
Depresiasi
|
|
(848.000)
|
Minority (PT.B):
|
|
|
Goodwill
|
|
8.500
|
Modal Saham
|
75.000
|
|
Aktiva
Lain-lain
|
|
1.620.000
|
Laba ditahan
|
(10.000)
|
|
|
|
|
|
|
65.000
|
|
|
|
Minority (PT.C):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
80.000
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
20.000
|
|
|
|
|
|
|
100.000
|
|
|
|
Mayority (PT.A):
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
700.000
|
|
|
|
|
Laba ditahan
|
450.500
|
|
|
|
|
|
|
1.150.500
|
Total Aktiva
|
|
2.415.500
|
Total Utang&Modal
|
|
2.415.500
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar